Pengarang: Nabila Sharma
Penerbit: alvabet
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 310
Novel ini menceritakan tentang pengalaman penulisnya
sendiri, Nabila Sharma. Dia mengalami pelecehan seksual dari umur tujuh
tahun sampai dua belas tahun oleh seorang Ustad di Inggris
Nabila dilahirkan dengan kecantikan wajah dan keindahan rambut yang
mempesona. Ibunya selalu membanggakannya, karena dia anak perempuan
satu-satunya diantara ke-empat saudaranya: Habib, Said, Tariq, Asif.
Pada awal 1960-an, keluarganya pindah ke Inggris dari Pakistan dalam
jangka waktu enam bulan perjalanan dengan mobil. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, ayahnya membuka toko daging dan bekerja sambilan
sebagai tukang bangunan pada malam harinya.
Diawal usia tujuh tahun, sesuai tradisi, Nabila diharuskan mengaji di
sebuah masjid di dekat wilayahnya. Semula, Nabila mengaji bersama
keempat kakak laki-lakinya. Namun seiiring dengan berjalannya waktu,
satu persatu kakaknya menamatkan pelajarannya.
Disaat mengaji tanpa didampingi kakaknya. Penderitaannya dimulai.
Ustad pengajarnya mulai melakukan pelecehan-pelecehan seksual. Nabila
tidak berani mengatakan kepada kakaknya maupun orangtuanya. Di
berpikiran, bahwa ini adalah aib. Jika dia mengatakannya, maka dia
kuatir keluarganya agak dikucilkan oleh masyarakat komunitasnya.
Kala menamatkan pelajarannya di Masjid, dia mengira mimpi buruknya
selesai. Tetapi tidak. Nabila mulai mengalami kesulitan-kesulitan.
Pertama-tama, setiap melihat anak kecil perempuan, dia merasa bersalah.
Dia menyesal, kenapa dia tidak pernah menceritakannya pada orang-orang
dengan demikian Ustad tersebut dapat dihukum. Kedua, hubungannya dengan
pria selalu dibayangi rasa rendah diri. Nabila merasa dirinya tidak
berharga.
Setelah Hubungan dengan Guvi, seorang penganut Sikh gagal, Nabila
berpacaran dengan Robert. Keterusterangannya perihal masa lalunya pada
Robert, membuat Robert menyarankannya untuk berbicara dengan seorang
psikiater.
Lewat bantuan psikiater inilah, pelan-pelan Nabila mempunyai
kepercayaan diri. Bahkan psikiaternya menyarankan agar melaporkan
masalah pelecehan tersebut kepada polisi. Diantar dengan Robert,
akhirnya Nabila melaporkan kejadian tersebut.
Sampul novel ini cukup menyiratkan isinya. Tulisan judul: Brutal
dengan warna merah dan timbul sangat menyolok. Apalagi penambahan
tulisan True Story, sangat memikat orang untuk membelinya. Apalagi warna
latar belakang sampul putih. Cukup kontras dengan warna judul yang
merah.
Font dan kertas sangat bersahabat. Font tidak besar dan tidak kecil.
Warna kertas juga tidak terlalu gelap, sehingga cukup nyaman untuk ruang
dengan lampu agak minim.
Ada beberapa catatana menarik di novel ini. Pertama, untuk ukuran
novel terbaru, adanya daftar isi sangat langka. Novel ini mempunyainya.
Daftar isi inilah yang cukup membantu saya membuat resensi, jika saya
ingin mengamati bagian-bagian tertentu dari novel. Kedua, adanya sensor.
Baru kali ini saya menjumpai kata-kata yang dianggap tabu ditulis
dengan gaya sensor seperti ini: pay*dara.
Cerita mengalir dengan gaya klimak. Detil cerita bagus. Kedetilan
cerita inilah yang memancing emosi, haru, gemas, dan marah terhadap
keadaan yang diceritakan oleh Nabila Sharma. Gaya bercerita cukup
sederhana sehingga mudah dimengerti. Sepanjang yang saya ingat, tidak
ada kata yang sulit dimengerti. Dengan kata lain: Lugas.
Sebagai novel yang menceritakan pelecehan seksual, maka tidak dapat
dihindari penggambaran tingkah laku seksual dengan jelas. Sehingga saya
mengkategorikan novel ini sebagai novel dewasa. Dan bagi para psikolog,
peminat cerita balada, pejuang wanita dalam bidang pelecehan hak kaum
perempuan, novel ini saya rekomendasikan.I
(https://octacintabuku.wordpress.com/2012/12/04/brutal/)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment